Ketika mbak tidak lagi berkuasa

Sudah lumayan lama setelah kepulangan saya dari pare rumah kami mendapat perubahan yang lumayan besar. Mbak khadimat tak ada lagi. Well sebenarnya ayah sudah cerita sebelum kami pulang bahwa mbak sudah pulang ke kampungnya dan kali ini ayah mau mencoba untuk memandirikan kami dan ayah sendiri lagi dengan tidak merekrut another mbak. Tak ada makanan tersedia di jam makan, tak ada "pulang dari luar kamar sudah rapih dengan sendirinya", tak ada baju terlipat rapih dengan instant-nya di lemari. Untuk lantai bersih ya.. pak kisman (driver keluarga kami yang tersetia sejak dahulu kala saat ody datang ke dunia. terimakasih banyak atas segalanya) suka bantu kami dalam hal tersebut (ingat, bukan 'kadang-kadang' juga lho ya :P). Tetapi keputusan ayah tetap kami harus bekerja. Keputusan ayah memang tepat untuk mengajarkan kemandirian, masalahnya adalah kemalasan.
Kami memang sudah lumayan lama tinggal tanpa fasilitas yang seperti biasa kami dapatkan di rumah sendiri saat di Pare, tetapi saat sudah masuk rumah, cara berfikir 'sudah masuk ke zona nyaman' kembali merasuki otak. dan itu masalah. walhasil sering kali baju-baju yang belum disetrika bertumpuk. Kalau soal cuci-cuci dan jemur-jemur sih bukan masalah berat, cuci tinggal masukan kedalam mesin cuci (terimakasih perkembangan teknologi). Yaa, masih pekerjaan yang lumayan bersahabat lah (walaupun seharusnya laki-laki yang mengerjakan ini. Hai calon istri semua, jangan lupa meminta suami kita untuk ikut bantu mencuci ya nanti. saya serius). Sedangkan jemur-menjemur tidak memakan waktu yang banyak. Tapi kalau menyetrika... puh..

Bunda sering berkata bahwa bunda sangat merasa bersalah membiarkan kami terlalu lama bersantai didalam zona nyaman, dan kami ikut bersalah belum memiliki kepekaan untuk 'keluar'. Bunda juga bercerita bahwa dulu, sebelum bunda dekat dengan parenting dan seluruh hal tentang pengasuhan anak, seperti layaknya kebanyakan orangtua yang beranggapan, bahwa menjadikan semua periode umur buah hatinya harus dijadikan raja adalah keputusan yang tepat, tapi sekarang karena sudah punya ilmunya, ya harus meluruskan. Dan sungguh saya mengerti, itu tantangan yang tidak semudah berkedip. Semestinya juga saya, ody, kami berdua (karena kakak masih di syria) untuk meluruskan kegiatan yang seharusnya dikerjakan dengan rutin ini. Bunda sedang memipin travel untuk umrah ++ yang bunda sendiri dirikan sekarang, jadi yang benar-benar memegang tanggung jawab tugas rumah sebenarnya memang kami berdua..
Saya sering baca di komik-komik yang isi ceritanya banyak anak perempuan mandiri yang selalu mengerjakan urusan rumah. Sedangkan disini, ayah yang harus ke kantor besok pagi malah harus tetap menyetrika pakaiannnya sendiri. (Saya.. merasa.. berdosa T_T).
Wah, iri ya punya kemauan sendiri yang sangat mulia itu T_T *spot light menyinari tokoh komik, dikelilingi malaikat-malaikat bayi pakai selendang, dan choir nada C-E-G-C-E-G*

Saya sungguh iri dengan teman-teman yang sudah bisa membantu pekerjaan rumahnya dari dulu. Benar-benar mengharapkan bisa mendapatkan seni mengurus rumah seperti mereka..
Sekarang ini banyak-- eh, bukan. SANGAT banyak keluarga mampu yang selalu menyerahkan kekuasaan beres-membereskan rumah kepada mbak-mbak khadimat yang tanpa sadar telah membuat anak-anak mereka terlena berlama-lama. Kalau anaknya masih dalam period kurang lebih 7 tahun sih masih maklum, tetapi kalau remaja.. memang sudah seharusnya belajar untuk melakukan banyak hal sendiri. Sekarang kata 'pembantu' sudah tidak dalam arti sebenarnya lagi. Yang pertama, banyak orang yang melupakan jasa profesi tersebut dan memberikan apresiasi yang menyedihkan. Dan kedua, kata itu telah disalahgunakan. Bukannya 'membantu', melainkan 'mengerjakan semuanya'.

Terlalu banyak kalimat "udah udah, biar mbak aja yang kerjain". Terlalu sering keluar kalimat "mbaak, ambilin ini", "mbaak kerjain ini", segala hal "mbaaaak!" tanpa "tolong" yang juga memperdengarkan nada 'kekuasaan' menyebalkan kepada mbak.
Terlalu banyak kita yang remaja tenggelam dalam kesenangan-kesenangan yang instant tersedia didepan mata tanpa menciptakan area pelatihan dalam diri. Kita, saya, seringkali lupa bahwa tidak ada yang tahu apakah dimasa depan kelak kita bisa menikmati segala fasilitas yang diberikan mbak, atau akan mendapatkan peran yang harus bisa mengerjakan banyak pekerjaan yang sebelumnya kita anggap sepele itu.
Kebanyakan generasi lama sudah berdecak dengan pemandangan generasi sekarang yang sudah bergelimpang dan bertunangan dengan gadget lalu lupa akan peran mereka dimasa depan yang akan berkeluarga.
Dan saya, benar-benar ingin menyeimbangkan segalanya. Kadar tepat, timbangan yang sempurna untuk melakukan kesenangan sendiri dan juga tugas rumah (tidak lupa juga jam-jam istirahat spiritual ;shalat, qur'an, dzikir).

Percayalah, saya membuat ini bukan untuk menyindir satu orang atau siapa lah, ini untuk semua dan tentu saja, seorang maghfi itu sendiri. Karena saya dulu juga pernah bergantung dengan kekuasaan beres-beres mbak, dan sekarang PR baru saya bukan hanya biologi, matematika ataupun bahasa indonesia saja, melainkan pembiasaan diri untuk bergerak lebih banyak dalam tugas rumah.
Ada saatnya ketika status yang kita tulis di maya bukan hanya " @ the mall" atau "busy playing", sekarang harus ada juga "busy moppin floors" atau "away. washin dishes" dan lain-lain :)

Sekarang kekuasaan beres-beberes mbak tanpa upacara apapun telah diserahkan pada kami, dan saya, ody, kami berdua akan berusaha semampu mungkin. Juga berharap mendapatkan role model sempurna atau sensei yang tepat dalam hal ini (kami menerima saran dan tips). Begitu juga harapan saya untuk teman-teman remaja lainnya. Saya tahu diumur kita sekarang ini kegiatan pasti sedang memuncak. Belajar dan kebutuhan main juga tidak mungkin ditinggalkan begitu saja, tetapi banyak kok pekerjaan pekerjaan rumah yang masih bisa terjangkau oleh tangan kita sendiri. Seperti membereskan kamar, mencuci piring setelah makan, atau juga membersihkan toilet kalau ada waktu. Asalkan bisa cerdas membagi waktunya. Jadi bukan berarti harus meminta ortu memberhentikan mbak dirumah, melainkan tetap mengerjakan tugas yang terjangkau (jangan menurut kita sendiri ya, karena diri bisa egois) tanpa harus menyerahkan segala hal kepada mbak. Dan misalnya kalau sedang hari libur, boleh juga untuk meningkatkan level menyetrika atau mencuci dll (kalau saya yang homeschooler sih ya.. lebih punya banyak waktu. jadi saya sepertinya memang sudah ditakdirkan untuk lebih banyak masuk ke area pelatihan diri akan pekerjaan rumah wahahahahaha).

baiklah kalau begitu, ayah sudah masuk ke kamar (dengan meninggalkan tumpukan baju lecek di keranjang yang dibawa ke depan TV tadi untuk disetrika). Waktunya memberikan keajaiban bagi pagi ayah besok.
Semoga kita MAU, untuk melakukan perubahan tata kerja dirumah sendiri ya. bekal masa depan lah.. :D

Selamat malam, salam beres-beres

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar