Panggilan pertama dari syria

Okey. Mungkin memang, tidak terlalu istimewa (bahkan tidak istimewa sama sekali) ketika anda mendapatkan panggilan dari kakak anda yang hampir di tiap hari anda, dan kakak anda selalu memulai perang dunia di rumah.
Dalam hal baju kotor, piring kotor, berebut remote control, berebut internet, berebut player, berebut blaa blaa blaa, sampai berebut kamar mandi.
Tapi hal yang biasa-biasa itu lenyap ketika anda mendapatkan panggilan di malam hari dari kakak anda nun jauh di luar sana yang sedang menimba ilmu.

Begini ceritanya :

Pada malam hari setelah kuis pelajaran dadakan dari bunda saya beberapa menit lalu, akhirnya saya memutuskan untuk pergi tidur.
Bunda saya sudah terlelap (well mungkin masih 46%).
Tiba-tiba telefon rumah berdering, saya begumam
“ugh siapa sih nelfon malem-malem”
Akhirnya saya yang harus keluar dan mengangkat telfon, sambil berjalan berharap bukan penelfon iseng yang kadang membuat saya ketakutan (horror), saya mengangkat gagang telfonnya dan diam.
Belum ada jawaban dari pihak disana.
Akhirnya saya memutuskan untuk menyapa lebih dulu, “ halo, salamu’alaikum?”
Dan akhirnya si penelfon menjawab, “oh, iya wa’alaikum salam.”
“halo? Eh? Eh! ? kakak ya?”
Belum hendak ia menjawab saya, saya sudah sangat yakin itu suara kakak dan akhirnya saya berteriak (tidak terlalu keras.) memanggil, “bundaa! Odyy! Kakak nelfon..!!”
Akhirnya bunda (dengan wajah bahagia) menghampiri saya, sedangkan ody tidak bergidik.
Oh, ternya dia mengatakan sesuatu, “oh, he-em.”
Ya sudah lah.

Saya masih berdiri disamping bunda, lalu tidak lama, setelah itu bunda saya menutup gagang telfon.
Saya pun bertanya,
“lho, kok ditutup mum?”
“ ya itu, kakakmu”
“kenapa kakak?”
“ Cuma jawab : ‘oh ya, itu lek nya tiga detik.’ Ditutup deh”
Dengan agak kecewa oleh jawaban dingin kakak saya, kami pun pergi ke kamar.

*oh, penjelasan tentang lek dulu ya.

...9 hari lalu setelah kakak berangkat,
Sudah sampai.
Kakak nelfon.
“ halo, halo bunda?”
“halo giffar... gimana cuacanya giff...?”
“halo halo? Bunda? Halo ?”
“iya giiiff...”
Sambil mendekat ke microphone hp,
“ ternyata benar, dingin disini.”
“berarti benar dong ya ibumu..”
Bunda berharap kakak menjawab terimakasih bunda sudah bawakan aku baju baju hangat.
“cukup tidak bajunya (biasa ibu-ibu)”
Mungkin pertanyaan ibu-ibu itu tidak menarik untuknya. Lalu ia menjawab,
“coba bunda bilang aku cinta indonesia”
Dan bunda ucapkan,
“ulang lagi ulang. Sekarang gantian. Setelah aku bilang aku cinta indonesia, bunda bilang ‘aaa’”
Lalu bunda lakukan.
Dia minta kata itu diulang sekitar 2 kali.
Bunda bertanya tanya apa yang dilakukan.
Akhirnya diujung aa terakhir, dia berkata
“ ah. Yang pertama lek nya 3 detik. Yang kedua lek nya 2 detik.”
“ apa apa gif? Lek apa..?”
“lek itu jeda antara jarak jauh. Jarak sampai”

Terputus.

Dan setelah beberapa hari dari telefon terakhir bunda, bunda kembali mendapat panggilan dari kakak saya.

“halo”
“giff.. hey giff... (penuuuuuh nada rindu)”
“ ini lek nya dua detik”
“ aku kangen.. gimana kamu...”
“ oya, dalam 9 hari ini, shalat subuh ku tak tertinggal”
Tuut tuut.

Okey. Lanjut lagi ke malam tadi.

Bunda saya akhirnya memutuskan untuk menelfon ke sana, ke handphone ayah (yang masih menemani kakak saya mengurus ini itu selama 2 minggu kira-kira).
Akhirnya panggilan bunda terangkat, setelah blaa blaa bunda meminta ayah mengoper hp nya, lalu ayah saya menjawab
“ oke sebentar, . . .
Giff, giff, bundamu ini telfon...! giff!” setelah agak lama, akhirnya telfon ayah saya sudah ayah oper ke tangan kakak saya.
Dan tanpa di duga, kakak saya yang dingin itu menjawab, “iya, halo, ada apa ya”
Jeng jeng.
Dengan agak kecewa bunda saya menjawab, “jaga hak Allah nak. Allah akan menjaga hakmu. Minta tolong sama Allah nak”
Dan tidak lama setelah itu pembicaraan mereka selesai.
Semua kembali ke posisi masing-masing (kecuali adik saya yang masih menatap laptop,mengetik.entah apa), dan kami pun mulai berusaha untuk memejamkan mata.
*hm dibagian ini sepertinya saya sudah berangkat menuju kepulasan. Tapi bunda saya cerita lagi
Okey, bunda saya bercerita di pagi hari ini.

Setelah, jawaban singkat bunda yang terakhir,
Mungkin kakak hafal akan nada kecewa bunda dan panic dia.
Lalu kakak mengirim sms ke bunda.

“bun koneksi lewat sms...
Aku benar benar minta maaf, karena eforia di sini dan bayangan bunda yang mau kesini tinggal maret.”

Lalu bunda menjawab,
“aku senang kamu menyukai negri ini, aku harap kamu selalu mendapatkan keberkahan Allah dalam setiap langkahmu”

Dan akhirnya kakak memutuskan untuk sekali lagi menghubungi bunda saya.

“ aku salah. Aku minta maaf. Waktu telefon terputus dan aku dicari ayah, di otakku ada pikiran nanti saja aku telefon bunda dari internet yang murah. Tapi ternyata aku menemukan uang tidak bisa menggantikan. Ya ya aku salah. Aku minta maaf”

Putus.

Telfon lagi,,

“bunda halo. Bunda denger? Aku cinta bunda, aku cinta sama bunda, aku sungguh sungguh cinta bunda.
Bun, bunda tahu, sebetulnya untuk seorang lelaki susah untuk mengatakan cinta ini. Ya maksudnya akan lebih mudah kalau diucapkan dalam bahasa inggris.
Udah ya kalau begitu selamat tidur selamat tidur ya, selamat tidur bun, selamat tiidur,
Seeelamat tidur, selamat tiduur selamat tidur (diucapkan dalam nada dan panjang pendek yang berbeda) selamat tidur”

Itu lah panggilan ketiga untuk bunda saya,

Tapi..
Panggilan pertama (yang singkat yang saya dengar itu), 25 Februari 2010, pukul 00.30 am (mungkin lebih). Dari kakak saya, GZW di syria.

We love you bro, we miss you.

Teruntuk kakak saya yang dingin, nyentrik, dan berkata-kata singkat itu,
Bahagia kami kak. Bukan karena kakak tidak dirumah untuk satu tahun lebih, melainkan untuk kebahagiaanmu disana.
Kak, you are the best brother in the world, for me and audy. thank you

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

2 komentar:

taftazani mengatakan...

sama dengan kakakku yang di jepang, panggilannya (lewat telpon ataupun skype) sangat ditunggu-tunggu :)*terutama oleh ibuku*, aku sih biasa-biasa aja (LOL)

maghfira mengatakan...

hehehe

Posting Komentar